SELAMAT DATANG DI BLOG PONTREN DARUL QUR'AN CIMALAKA

KAMI SENANG ANDA DAPAT BERSILATURAHMI MELALUI BLOG KAMI 

VOKAL GROUP 'ARABI SANTRI DQ

VOKAL GROUP 'ARABI SANTRI DQ

MENERIMA SANTRI+SISWA BARU

TELAH DI BUKA PENDAFTARAN SANTRI-MURID BARU PONTREN DARUL QUR'AN TAHUN AJARAN 2012-2013 UNTUK PROGRAM: MTs TERPADU DQ + NYANTRI; NYANTRI + SEKOLAH FORMAL DI LUAR PONTREN; PAUD-TK ISLAM PLUS; DINIYAH TAKMILIYAH

Senin, 28 Juli 2008

KHUTBAH ‘IDUL ADHA 1427 H
Oleh: Cecep Parhan Mubarok
*)
MEMAKNAI PERJUANGAN NABI IBRAHIM A.S
MENEGAKAN AGAMA TAUHID

ألله أكبر 9×
ألله أكبر كبيرا والحمد للّه كثيرا وسبحان الله بكرة وأصيلا، لا إله إلا الله ولا نعبد إلا إياه مخلصين له الدين ولو كره الكافرون, لا إله إلا الله وحده صدق وعده ونصر عبده وأعز جنده وهزم الاحزاب وحده لا إله إلا الله ألله أكبر ألله أكبر ولله الحمد
الحمد للّه له الملك وله الحمد وهوعلى كل شيئ قدير الذي خلق الموت والحياة ليبلوكم أيكم احسن عمل وهو العزيز الغفور . ا أشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له الذي هدانا بالاسلام وامرنا بالجهاد ونور قلوبنا بالكتاب المنير , وأشهد أنّ محمدا عبده ورسوله الذي بلغ رسالة وادى الامانة ونصح الامة برسالة الخالدة رحمةللعالمين في أيامنا هذا وفي يومئذ يوم عسير على الكافرين غير يسير , اللهم صل وسلم على هذا النبي النبي الكريم محمد ابن عبدالله وعلى أله و أصحبه أجمعين . أما بعد . فيا أيها العائدون والعائدات أوصيني وإياكم بتقوى الله فقدفاز المتقون قال عز وجل في قائل كريم أعوذ بالله السميع العليم من الشيطان الرجيم: واذ قال ابراهيم رب اجعل هذا بلدا امنا وارزق أهله من الثمرات من أمن منهم بالله واليوم الاخر قال ومن كفر فأمتعه قليلا ثم اضطره الى عذاب النار وبئس المصير
HADIRIN SIDANG ‘IED YANG DIMULYAKAN ALLAH

Segala puji milik Allah Rabbul Izzati, dia yang tidak berawal dan berakhir, Dialah wajiibul wujuub, tempat bergantung segala sesuatu. Maha suci Allah yang patut disembah dan disucikan, tiada Ilah melainkan Allah ‘Azza Wajalla. Maha besar yang telah menjadikan bulan ini, hari ini adalah mulia dan hari bahagia bagi orang-orang beriman. Jutaan manusia dari berbagai etnik, suku, dan bangsa diseluruh penjuru dunia, mengumandangkan takbir, tahmid dan tahlil, sebagai refleksi rasa syukur dan sikap kehambaan mereka kepada Allah SWT. Sementara jutaan yang lain sedang membentuk lautan manusia di tanah suci Makkah, menjadi sebuah panorama menakjubkan yang menggambarkan eksistensi manusia dihadapan kebesaran rabbnya Yang Maha Agung. Mereka serempak menyatakan kesediannnya untuk memenuhi panggilan-Nya:
لبيك اللهم لبيك, لبيك لا شريك لك لبيك, ان الحمد والنعمة والملك لاشريك لك
Hari ini para jama’ah hajji melempar jumrah dan berkorban, setelah sebelumnya mereka wukuf di padang ‘arafah, melaksanakan thawaf dan sa’i, menjalani seluruh manasik hajji demi mendapatkan ridla Allah Rabbul ‘Izzati. Seraya merasakan betapa nikmatnya menjadi orang beriman, berislam: Menyembah Tuhan yang satu, menghadap kiblat yang satu, bertahkim dan berhukum kepada Al-Qur’an kitab Allah yang satu dan mereka sadar adalah ummat yang satu pula.
Shalawat dan Salam semoga selalu dan tetap terlimpahkan kepada baginda Rasul nabiyyana wa habiibana Muhammad SAW, beserta keluarga beliau dan semua pengikutnya yang beriman pada kurun awal maupun kurun akhir dari dunia ini. Karena beliaulah kita mendapatkan dan mengerti kesejatian hidup ini, agar menjadi hamba yang hanya beribadah kepada Allahu al Malikul Haqqul Mubiin.

الله اكبر الله اكبر الله اكبر
HADIRIN KAUM MUSLIMIN YANG DIMULIAKAN ALLAH
Marilah kita jadikan momentum idul adha sebagai saat yang tepat untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan dalam makna yang sesungguhnya. Keimanan kita tidak cukup hanya dimaknai dengan percaya tanpa adanya komitmen – tidak cukup hanya percaya dengan rukun iman yang enam itu tanpa mengisi kepercayaan dengan tekad dan perilaku kehidupan yang menjadi karakteristik orang yang beriman. Demikian halnya dengan taqwa – yang secara terminologis dalam bahasa Indonesia diambil begitu saja tanpa perlu terjemah, kadangkala dimaknai sebagai takut kepada Allah saja. Memang tidak ada yang salah dengan makna takut kepada Allah (yakhsyallah), tetapi alangkah eloknya apabila taqwa kita terima dalam pengertian yang lebih utuh yakni sebagai bentuk pencarian wiqayah atau perlindungan dari segala hal yang merugikan atau membahayakan diri dan lingkungan. Dengan demikian seruan peningkatan taqwa dalam bentuk upaya aktif adalah untuk mendapatkan proteksi dari Allah terhadap segala hal atau kondisi yang merugikan atau membahayakan kehidupan kita, dunia dan akhirat. Meminjam istilah dalam dunia kesehatan maka taqwa dapat diqiaskan sebagai booster imunisasi untuk melindungi diri dari serangan penyakit (menular) tertentu – daya tahan tubuh bisa optimal tetapi juga bisa melemah, demikian halnya dengan keimanan dan ketaqwaan kita, bisa meningkat namun bisa juga menurun –al iimanu yaziidu wa yanqushu. Secara umum strategi bertaqwa tidak sulit yakni: Laksanakan perintah-perintah-Nya – Hindari larangan-larangan-Nya.
وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى وَاتَّقُونِ يَاأُولِي الْأَلْبَابِ(197)
“berbekallah kalian, sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah ketaqwaan, maka bertakwalah wahai orang yang dikaruniai pengetahuan” (Q.s. al baqoroh 197).
Kemudian firman Allah yang sangat erat kaitannya dengan esensi ibadah qurban juga mengingatkan kepada kita semata-mata untuk menggapai ketaqwaan kepada Allah.
“Tidak ada daging kurban, dan tidak pula darah muncrat hewan kurban yang mencapai Allah Swt. Akan tetapi ketaqwaan kalianlah yang akan diperhitungkan Allah” (Q.S. al hajj 37).
الله اكبر الله اكبر الله اكبر
HADIRIN KAUM MUSLIMIN YANG DIMULIAKAN ALLAH
Ada peristiwa besar yang mengantarkan kita kepada hari raya akbar ini, dan mari kita mencoba mencari makna-makna yang terkandung di dalamnya, apakah itu makna ritual dalam peribadatannya, ataukah juga sekalian dengan makna sosial yang selayaknya bisa kita tarik dalam aspek duniawiyah kehidupan kita. Peristiwa itu adalah : pelaksanaan ibadah haji dan penyembelihan hewan kurban – yang keduanya secara histories tidak bisa dipisahkan dengan sosok dan kisah nabi Ibrahim AS.
Nabi Ibrahim AS dikenal sebagai Bapak Monotheisme – bapak ketauhidan. Nabi Ibrahim adalah sosok jenius yang tidak saja cerdas intelejensinya tetapi matang pula emosi dan spiritualismenya. Ikuti kisah nabi Ibrahim mencari kebenaran dan eksistensi tuhan Allah Yang Esa dalam al-Qur’an surat al-an’am ayat 76 – 79; dimana Nabi ibrahim menggunakan rasa, akal dan inderanya untuk mencari tuhan yang sebenarnya, sedemikian rupa sehingga pada akhirnya beliau menyatakan : aku pasrah kepada Dzat yang menguasai langit dan bumi, aku hanief dan aku tidak mau menjadi orang yang menyekutukan tuhan.
Nabi Ibrahim juga hidup dalam situasi yang tidak kondusif, kemusyrikan ada dimana-mana, ketidak jelasan ada dimana-dimana, bahkan beliau dilahirkan dan dibesarkan dalam lingkungan yang musyrik pula , akan tetapi selain bersikukuh menegakan kebenaran, nabi Ibrahiem senantiasa memberikan penghormatan yang selayaknya kepada orang tua beliau. Sekalipun bapaknya sudah menyatakan akan merajam Ibrahim, akan tetapi (subhanalloh !) Ibrahim menyatakan: Mudah-mudahan kedamaian atas engkau wahai ayah, aku akan mintakan ampunan Allah untukmu (Q.S. Maryam 41-47).
Tegas, Konsisten (Istiqomah) tetapi tetap santun dan berkhidmat kepada yang perlu dihormati, itulah akhlak nabi Irahim.Bagaimana dengan kita ?
Tidak itu saja, ibadah dan penyembelihan hewan kurban membawa kita kepada kisah ujian yang diberikan oleh Alloh kepada Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail AS. Ketaatan dan ketabahan kedua bapak beranak tersebut seharusnya memberi teladan kepada kita untuk mampu menciptakan keluarga yang muttaqin, anak yang sholeh, taat dan berbakti, anak yang mampu mendukung orang tua untuk melaksanakan perintah Tuhan hatta itu harus mengorbankan jiwanya sekalipun. Akan tetapi (subhanalloh) keduanya lalu dinyatakan lulus ujian, nyawa ismail diperkenankan diganti dengan hewan kurban. Bagaimana bisa menciptakan dan mengkodisikan keluarga yang utuh beriman sebagaimana dicontohkan adalah seharusnya menjadi komitmen kita masing-masing sekaligus menjadi komitmen bersama sebagai bangsa yang menjunjung nilai-nilai Ketuhanan, yang berperadaban, yang berkemanusian dan yang berkeadilan. Maka dengan demikian Insya Allah akan menjadi masyarakat yang marhamah dan baldah yang toyyibah.
Namun Hadirin Sidang ‘ied yang dirahmati Allah.
Ditengah kebahagian kita hari ini, kita masih menyaksikan potret yang buram dan menjijikan ditengah tengah ummat ini, ditengah bangsa yang sedang dirundung dengan berbagai mushibah dan cobaan, Kita masih menyaksikan manusia-manusia yang secara lahiriyah berpenampilan rapih, bersih, menarik, perlente dengan gaya dan isi pembicaraan yang memukau seolah ingin menggambarkan tingginya kemampuan intelektual mereka dan keberpihakan mereka kepada kebenaran dan keadilan. Padahal kondisi sebenarnya, mereka tidak lain dari sekedar penumpang-penumpang gelap yang menjalani kehidupan ini dengan penuh kepura-puraan yang dengan secara sistematik mereka menghancurkan sendi-sendi moral mengikis habis norma-norma sosial dan budaya, akibatnya masyarakat tidak peduli lagi dengan kebenaran yang sebenarnya datang dari Allah bahkan nyaris mereka tidak percaya dengan apa yang ada dalam aturan Allah.. Salah satunya adalah pandangan masyarakat tentang pentingnya menjaga kesucian diri dari segala perbuatan nista dan dari bahaya hubungan seksual diluar nikah (zina). Beberapa tahun lalu kita merasakan adanya suatupan dangan yang sama bahwa berhubungan seksual diluar nikah adalah sesuatu yang ‘aib dan merupakan dosa besar yang harus dijauhi, baik oleh yang belum maupun yang sudah menikah. Pandangan ini diterima sebagai suatu norma yang berlaku dimasyarakat, sehingga bila ada yang melanggarnya akan mendapat perlakuan yang seragam dari seluruh lapisan masyarakat di mana saja. Ia akan menerima sanksi sosial berupa penyingkiran dari pergaulan sosial, dimusuhi, tidak mendapatkan hak-hak sebagai warga dsb. Akibatnya, ia akan terkucilkan dari masyarakat merasakan kehidupan yang sempit dan tersiksa serta merasakan sebagai pihak yang ‘terhukum’. Hal ini akan melahirkan perasaan jera yang efektif mengurangi frekuensi pengulangan perbuatan tersebut.
Namun lihatlah kondisi masyarakat sekarang ini, dengan dalih menutupi aib, berzina dan pergaulan bebas dianggap sebagai salah satu ciri gaya hidup modern dan merupakan ‘tuntutan zaman’, bahkan sudah berani terang-terangan dengan menggelar konfrensi pers mengaku dirinya telah berzina dan menggugurkan kandungan anak yang tak berdosa, Na’udzu billah tsumma na’udzubillah. Akibatnya hadirin… telah terjadi perubahan-perubahan norma sosial, norma susila bahkan sekaligus telah meruntuh nilai-nilai agama Islam yang memegang prinsip pemiliharaan terhadap keturanan (hifdzun nasl) khususnya dan penjagaan terhadap ummat (Hifdzul Ummah) pada umumnya. Berbagai prilaku menyimpang ini telah terjadi dimana-mana, pada setiap lini kehidupan manusia, dari lapisan masyarakat biasa sampai dengan lapisan masyarakat yang biasa kita sebut sebagai ‘tokoh’. Apakah itu tokoh politik, tokoh agama , tokoh seni, tokoh budaya, tokoh pemerintahan maupun tokoh masyarakat yang lainnya..
Saudara-saudaraku ikhnulmuslimin, khususnya para tokoh yang dimulyakan oleh Allah.
Tokoh dalam kajian ilmu kemasyarakatan kita adalah merupakan panutan yang selalu ditiru dan sangat berpengaruh baik ucapan maupun perilakunya. Sehingga kompleksitas diri seorang tokoh sangat dipertaruhkan bukan sekedar perpegang pada ciri khas ketokohannnya, namun harus benar-benar menggambarkan kepatuhan dirinya kepada aturan-aturan Allah dan Rasulnya. Demikianpun kita tidak boleh mengangap enteng bahwa apa yang telah diatur dan ditertibkan oleh pemerintah hanya sekedar suplementer (tambahan) saja tetapi kita harus memeganginya sebagai sumplementer yang complementer artinya sebagai tambahan yang dapat melengkapi dan menguatkan hukum-hukum Allah dan Rasulnya. Sehingga hukum-hukum Allah dan Rasulnya dapat hidup, membumi dan tegak ditengah-tengah masyarakat yang nyata . Inilah yang dalam ushul fiqh disebut mashlahatul’ammah (kemaslahatan umum) yang merupakan pertimbangan utama dalam law inporcemen (melahirkankan dan menerapkan syari’at) baik oleh masyarakat muslim terlebih oleh penguasa atau pemerintah: Sebagaimana dalam kaidah fiqhiyyah disebutkan:
تصرف الامام منوط بالمصحة
“Pendayagunaan pemimpin haruslah diorientasikan untuk membentuk kemaslahatan”
Kita tidak boleh pilih-pilih penguasa (pemerintahan) dalam penegakkan syari’ah ini, kita lahir ingin diproteksi oleh pemerintah, kita berbisnis (berekonomi) perlu dilindungi pemerintah, kita beli tanah perlu pemerintah, naik haji, berzakat diperlukan keterlibatan pemerintah apalagi kita mau kawin satu, dua, tiga bahkan empat sekalipun pemerintah siap memberikan naungan hukum . Pada dasarnya apapun alasannya dalam menjalankan syari’at Islam secara siyasah syar’iyyah pemerintah harus terlibat di dalamnya. Kenapa demikian? karena perbuatan-perbuatan hukum manusia baik secara privat apalagi secara publik misalnya pidana, perdagangan atau pemerintahan akan selalu berhadapan dengan hak disatu pihak dan kewajiban dipihak lain, Sedangkan manusia dalam menjalankan hak dan kewajiban secara alamiah selalu berhadapan dengan permasalahan dan menimbulkan akibat-akibat hukum bahkan sangat mungkin terjadi persengketaan, yang penyelesaiannya tentu tidak boleh seenaknya sendiri. Namun sekali lagi kita sebagai warga negara yang baik tidak boleh pilih-pilih pemerintahan dalam penegakkan syari’ah kalau memang pemerintah sudah terpilih. Ingatlah kepada Allah yang telah menyuruh kita dalam firmannya:
أطيعواالله واطيعواالرسول واولي الامر منكم فان تنازعتم في شيئ فردواه الىالله والرسول
Hadiri Yang di Mulyakan Allah.
Kemudian bagaimanakah dengan syari’at Islam yang belum direspon oleh pemerintah?
Tentu ini adalah merupakan kewajiban yang melekat bagi setiap pribadi ummat muslimim baik yang ada didalam pemerintahan maupun diluar pemerintahan, baik yang ada dipartai Islam maupun bukan partai Islam untuk senantiasa memperjuangkan tegaknya syari’at. Segala usaha kita tentu harus menghasilkan sikap dan tekad untuk mengubah keadaan. Dan ini suatu kewajiban luhur, demi kebaikan islam dan kaum muslimin. Rasul SAW bersabda:
مَنْ اَصْبَحَ وَلَمْ يَهْتَمَّ بِاَمْرِ المُسْلِمِيْنَ فَلَيْسَ مِنْهُمْ
“Barang siapa bangun di pagi harinya kemudian tidak ikut memperhatikan urusan kaum muslimin maka tidak termasuk golongan mereka ( HR. Al hakim dari Ibnu Mas’ud dalam jami’us shagir as Suyuthi).
Perjuangan untuk mengubah keadaan yang sangat memprihatinkan ini menuju keadaan Islami yang diridlai Allah tak bisa ditawar-tawar lagi. Lebih-lebih Rasulullah SAW memberikan warning kepada kita semua, sebagaimana sabda Beliau.
ان الله لايعذب العامة بعمل الخاصة حتى تكون العامة تستطيع ان تغير على الخاصة, فاذا لم تغيرالعامة على الخاصة, عذب الله العامة والخاصة
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengadzab semua orang karena amal kejahatan seseorang, hingga mereka mampu untuk merubah amal kejahatan seseorang tersebut, Maka jika mayoritas tidak mampu merubah amal kejahatan seseorang, maka Allah mengadzab baik umat secara keseluruhan maupun yang melakukan kejahatan.”
الله اكبر الله اكبر الله اكبر
HADIRIN KAUM MUSLIMIN YANG DIMULIAKAN ALLAH
Dewasa ini – dalam kontek idul adha – kita umat Islam “hanya” diminta untuk beribadat peyembelihan hewan kurban . Makna ritualnya jelas, oleh karena itu jumhur ulama menghukumi sunnah muakkadah dan makruh meninggalkannya bagi orang yang mampu, Sedangkan Imam Abu Hanifah menghukumi wajib setahun sekali bagi orang yang mampu. Adapun makna simboliknya atau makna sosialnya disamping untuk kemaslahan dan kesejahteraan ummat juga memberikan isyarat behavioral agar kita mampu mengeliminasi dan menumbangkan nafsu hayawaniah yang acap kali masih melekat pada diri kita sebagai manusia yang disebut juga sebagai hayawaanun natiq. Manusia jelas-jelas lebih tinggi derajatnya dari pada hewan, namun tidak jarang justru manusia merosot derajatnya lebih rendah dari pada hewan lantaran perilaku kita. Manusia dan hewan jelas berbeda martabat. Hewan hanya di karunia insting naluri atau gharizah, manusia juga diberi indra, mereka juga sedikit diberi intelegensia – namun manusia lebih dari itu ! manusia diberi hidayah dari allah : instink, panca indra intelegensia dan rasio, intuisi (kini popular suatu bentuk keputusan yang diambil dari intuisi: Expert judgement with good intuitive) dan yang paling tinggi adalah hidayah agama! Apakah kita siap untuk menyampakkan nafsu hayawaniyah yang berderajat rendah untuk menuju keketinggian derajat manusia sebagai insan kamil, Kholifatulloh fil ardl?
Itulah antara lain nilai yang seharusnya kita bisa petik dari idul adha. Dan mari kita selalu memperjuangkan Huququl islam walmuslimin dinegeri kita ini dengan menegakkan hukum yang benar-benar berlandaskan atas Ketuhanan Yang Maha Esa. Karena hukum yang berlandaskan ketuhanan pasti adil dan beradabnya. Melalui mimbar ini izinkanlah kami menitipkan kepada para penguasa baik yang berada di kabupaten Sumedang melalui DPRD, maupun kepada pemerintah pusat melalui Badan Legislasi Nasional DPR RI untuk merekontruksi peraturan perundang-undangan yang sudah tidak sesuai dengan semangat kedaulatan bangsa kita. Dan juga khusus kami titipkan hal ini kepada Departemen Agama yang akan memperingati Hari Amal Bhaktinya yang ke 61 pada tanggal 3 Januari 2007 yang selalu secara bersama mengiringi perjuangan dan kepentingan ummat beragama khususnya umat Islam.
HADIRIN SIDANG IED YANG BERBAHAGIA
Sengaja juga saya sebut kurban dengan “U” dan bukannya korban dengan “O” oleh karena sebaiknya kita bedakan korban sebagai victim dengan kurban sebagai sacrifice. Korban lebih berkonotasi kepada penderitaan, akan tetapi kurban memiliki konotasi pendekatan kepada sang Maha Pencipta (Taqarrub Ilalloh).
Peristiwa lain yang ada koneksitas tinggi dengan iedul adha adalah pelaksanaan ibadah haji yang saat ini insya Allah seluruh jama’ah sudah selesai menunaikan jantung dari ibadah haji yakni wukuf di padang arafah sebagaimana sabda Rasulullah: al Hajju ‘arafah. Mari kita secara tulus mendoakan saudara kita yang berangkat agar benar mendapatkan haj mabrur. Kita punya banyak kepentingan dengan haj mabrur ini , insya Allah kita akan mendapatkan imbas positif dengan kehadiran haj mabrur ini. Haj mabrur sudah dilatih untuk melaksanakan cegahan munculnya penyakit masyarakat: la rafats, la fusuq.dan la jidaal fil hajj. Haj mabrur ini tentunya akan mudah mengamalkan berbagai macam kebajikan (al birr) sebagaimana dituliskan dalam mushap al-Qur’an surat al-baqarah 177. Haj Mabrur ini sudah barang tentu memiliki impressi dan wawasan yang lebih lengkap tentang indahnya perilaku yang mencerminkan essensi ajaran agama islam yaitu egaliter dan universalisme yang dibungkus dengan kenyamanan ukhuwah islamiyah dan ukhuwah basyariyah. Semua sama yang membedakan adalah kadar ketaqwaan kepada Allah Swt. Jamaah haji pastilah mempunyai pengalaman yang mendalam pada saat berkumpul di Padang arafah, seharusnya merasa tinggal di bumi yang satu, bumi yang tidak perlu terlalu tajam dipetak-petak dalam kaplingan artificial dalam bentuk apapun, manusia diminta untuk menjalankan misinya sebagai khaliifatulloh fil ardl dan sekaligus misi isti’mar, tidak perlu ada suatu kelompok yang paling berhak mendapatkan privilege dan hanya mampu membangga-banggakan kelompoknya. Manusia secara keseluruhan adalah umat yang satu dalam kenyataan memang terdapat perbedaan-perbedaan, namun sebenarnya Allah sedang menguji siapa diantara kita yang paling bagus kinerjanya (liyabluwakum ayyukum ahsanu ‘amala) Haj mabrur tentu masih ingat ketatnya peraturan selama berihrom, antara lain tidak boleh membunuh binatang, tidak boleh mencabut sehelai rumputpun di tanah haram. Bukankah ini pelajaran penting untuk kelestarian alam dan untuk menjaga bio-diversity (keaneka ragaman hayati)? Bukankah sekarang banyak contoh bencana alam adalah karena ulah manusia yang tidak mau mengerti perntingnya menjaga kelestarian lingkungan.
Apa keuntungan lain dari kehadiran Haj mabrur disekeliling kita? Betapapun haji sudah merupakan kelas tersendiri secara sosiologis, bahkan ada yang memerlukan untuk membina perkumpulan khusus para haji (dengan maksud baik tentunya!) – pada umumnya para haji di tengah-tengah masyarakat kita memang memiliki posisi ekonomi yang tidak lagi marjinal, mungkin paling tidak mereka bisa dikelompokkan dalam kelas menengah. Ini kepentingan kita! Diberbagai belahan dunia telah terbukti bahwa setiap kali terjadi perobahan dalam kehidupan sosial sampaipun hidup berbangsa dan bernegara maka peran kelas menengah ini sangat menentukan – disamping peran kelompok elit terbatasnya. Apabila kita merasa kehidupan kita selama ini terasa sumpek atau bahkan terasa makin sumpek, sudah wajar kalau kita menaruh harapan kepada kelas menengah baik secara sosial ekonomi maupun taraf pendidikannya. Insya Allah para haji akan mudah merespons firman Allah yang artinya: Sungguh Alloh tidak akan mengubah kondisi suatu kaum sehingga kaum itu sendiri mengupabah kondisinya. Kiranya kita bisa titipkan “nasib” kita kepada haji-haji yang mabrur- dan sekaligus merangsang bagi kita yang belum ke tanah suci untuk meningkatkan tekad dan upaya agar bisa berangkat haji pada masa yang akan datang. Untuk apa ? agar bisa menjadi kelompok pembaharu (reformis sejati) dan bukankah rasulullah pernah bersabda:
الحج المبرور ليس الجزاء الا الجنة
Haji Mabrur tiada lagi ada ganjaran kecuali sorga.
Akhirnya, kita berharap para jama’ah haji menjadi mabrur ibadahnya, di tempat-tempat mustajab mereka berdo’a untuk dirinya, keluarganya dan seluruh kaum muslimin agar ditolong oleh Allah SWT, dimenangkan atas ummat dan bangsa lain. Semoga para pemimpin tersadar, apakah mereka yang memimpin keluarga, masyarakat, negara, pemimpin gerakan gerakan Islam, ormas, partai-partai dan semua pemuka ummat ini, pengorbanannya harus lebih baik dari ummatnya. Bukan ummatnya yang selalu menjadi korban untuk dan demi dirinya. Semoga kita dijadikan bagian dari barisan orang-orang yang rela memberi pengorbanan demi ketaatan kepada Allah SWT, menegakkan Islam dalam kehidupan nyata; dalam kehidupan pribadi, keluarga, masyarakat dan Negara sehingga akan meluberkan keberkahan dari langit kepada ummat manusia.
Dari Allah semuanya berawal dan berakhir, Hasbunallahu wanikmal wakil ni’mal maulaa wa ni’mannashiir, la haula wala quwwata illa billahil aliyyil ‘adzim. Aqulu qauli hadza wastaghfirullahal ‘adzim lii wa lakum

Cimalaka, 10 Dzulhijjah 1427 H
*) Khotib adalah Pimpinan Pontren Darul Qur’an Cimalaka Sumedang & Hakim Pengadilan Agama
Beberapa Adab Menyambut Kelahiran Bayi

1. Diadzani di telinga kanan
2. Di-iqomat-i di telinga kiri
3. Dibacakan Ayat kursi (QS. Al-Baqarah 255)
4. Dibacakan Ayat Inna Rabbakumullah (QS. Al-A'raf 54)

إِنَّ رَبَّكُمُ اللّهُ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضَ فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْ شِ
يُغْشِي اللَّيْلَ النَّهَارَ يَطْلُبُهُ حَثِيثاً وَالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ وَالنُّجُومَ مُسَخَّرَاتٍ بِأَمْرِهِ أَلاَ لَهُ الْخَلْ قُ
وَالأَمْرُ تَبَارَكَ اللّهُ رَبُّ الْعَالَمِينَ

5. Dibacakan QS Al-Ikhlas (Qulhuwallahu ahad, dst) di telinga kanan.
6. Dibacakan Muawwidzatain (dua audzu), yakni Q.S. Al-Falaq dan An-Nas
7. Dibacakan Doa:

لَا إلَهَ إلَّا اللَّهُ الْعَظِيمُ الْحَلِيمُ لَا إلَهَ إلَّا اللَّهُ رَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ ، لَا إلَهَ إلَّا اللَّهُ رَ بُّ
السَّمَوَاتِ ، وَرَبُّ الْأَرْضِ ، وَرَبُّ الْعَرْشِ الْكَرِيم

8. Dilanjutkan doa Nabi Yunus (QS. Al-Anbiya' 87):

فَنَادَى فِي الظُّلُمَاتِ أَن لَّا إِلَهَ إِلَّا أَنتَ سُبْحَانَكَ إِنِّيكُنتُ مِنَ الظَّالِمِينَ

9. Juga Dibacakan Inna Anzalnahu (QS Al-Qadr 1..5)
10. Dari orang tuanya Sayyidah Maryam (Q.S. Ali-Imran 36)

إنِّي أُعِيذُهَا بِك وَذُرِّيَّتَهَا مِنْ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ
Cara yang lain adalah:
1. Memberikan harum2an (za'faron, parfum bayi, dll) di atas kepalanya.
2. Beraqiqah (memotong kambing) pada hari ke-7
3. Urutannya adalah aqiqah, cukur rambut, dan dinamai.
4. Saat itulah nama diberikan, dan diusahakan sebagus mungkin.
5. Rambut tadi ditimbang, dan beratnya dikonversikan emas atau perak.
6. Tahnik. Para shahabat punya kebiasaan, bila bayinya telah lahir, mereka langsung membawanya ke hadapan Rasulullah SAW. Selanjutnya beliau menyuruh untuk mengambil kurma, kemudian mengunyahnya, hingga halus, lalu mengambilnya sedikit (dari dalam mulut beliau), dan menyuapkannya ke mulut bayi, dengan cara menyentuhkannya di langit-langit mulut bayi yang akan "otomatis" menghisapnya. Di sini akan masuk 2 hal, yakni glukosa (karbohidrat) untuk kekuatan fisik dan ludah Rasulullah SAW yang membawa berkah. Sunnah ini dilanjutkan oleh ummat Islam, dengan mentahnikkan bayinya kepada para ulama.
RANGKAIAN DO'A PADA SA'AT BERWUDHU

Wudlu dimulai dengan bacaan:
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ اَلْحَمْدُ ِللهِ الَّذِيْ جَعَلَ المَاءَ طَهُوْرًا
(sambil mencuci dua telepak tangan)
Ketika berkumur-kumur (Madhmadhoh) :
اَللَّهُمَّ اْسقِنِيْ مِنْ حَوْضِكَ نَبِيِّكَ مُحَمَّدٍ صَلَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَأسًا لَا أَظْمَأَ أَبَدًا
Pada saat menyedot air ke hidung (Istinsyak)
اَللَّهُمَّ لَا تَحْرِمْنِيْ رَائِحَةَ نَعِيْمِكَ وَجَنَّاتِكَ
Ketika membasuh muka
اَللَّهُمَّ بَيِّضْ وَجْهِيْ يَوْمَ تَبْيَضُّ وُجُوْهٌ وَتَسْوَدّ ُوُجُوْهٌ
Ketika membasuh kedua tangan:
اَللَّهُمَّ أَعْطِنِيْ كِتَابِي بِيَمِيْنِيْ اَللَّهُمَّ لا َ تُعْطِنِيْ كِتَابِيْ بِشِمَالِيْ
Ketika menyapu rambut
اَللَّهُمَّ حَرِّمْ شَعْرِيْ وَبَشَرِيْ عَلَى النَّارِ وَأَظِلْنِيْ تَحْتَ ظِلِّ عَرْشِكَ يَوْمَ لا َظِلَّ اِلاَّ ظِلُّكَ
Ketika mengusap dua telinga
اَللَّهُمَّ اجْعَلْنِيْ مِنَ الَّذِيْنَ يَسْتَمِعُوْنَ الْقَوْلَ وَ يَتَّبِعُوْنَ أَحْسَنَهُ
Ketika membasuh kedua kaki:
اَللَّهُمَّ ثَبِّتْ قَدَمِيْ عَلَى الصِّرَاطِ

DO'A SETELAH BERWUDHU *)

أَشْهَدُ أَنْ لاَّ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهٌ لاَ شَرِيْكَ لَهٌ وَأشْهَدُ أنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهٌ وَرَسُوْلُه, أَللَّهُمَّ اجْعَلْنِيْ مِنَ التَّوَّابِيْنَ وَاجْعَلْنِيْ مِنَ المُتَطَهِّرِيْنَ سُبْحَانَكَ أَللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَنْ لاَّ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوْبُ إِلَيْكَ.
*) Disunahkan pula membacanya setelah tayammum atau mandi

Do'a-doa tersebut diambil dari kitab: al-Adzkar al-Nawawiyyah hal. 23-24 (al Imam Muhyiddin Abi Zakariyya bin Yahya bin Syarf al-Nawawi al-Damsyiqi)
DO'A MENGUBURKAN MAYIT

Ketika mayit dikuburkan disunnahkan membaca do'a berikut ini:

بسم الله الحمن الرحيم وعلى ملة رسول الله صلى الله عليه وسلم اللهم افتح أبواب السماء لروحه واكرم نزوله ووسع مدخله ووسع له في قبره
Menurut sebagian keterangan cukup dengan kalimat do'a:
بسم الله وعلى ملة رسول الله
Dan Selanjutnya disunnahkan mengambil tanah galian kuburan dengan membaca surat al-Qadr: 7 X
Kemudian menambahkannnya dengan membuat 3 tuangan (bulatan) tanah dengan do'a-do'a sebagai berikut:

Pada tuangan tanah yang pertama dibaca do'a:
منها خلقناكم اللهم افتح أبواب السماء لروحه
Pada tuangan tanah yang kedua dibaca do'a:
وفيها نعيدكم اللهم جاف الأرض عن جنبيه
Pada tuangan tanah yang ketiga dibaca do'a:
ومنها نخرجكم تارة أخرى اللهم لقنه حجته
Faidah do'a-doa tersebut menurut Ibnu Munabbah akan menghilangkan siksa kubur selama 40 tahun dan membebaskan mayit dari siksa kubur

Do'a ini dinukilkan oleh al-faqir Drs. Cecep Parhan Mubarok, MH dari kitab Bughyah al-Mustarsyidin karangan al-Sayyid 'Abd al-Rahman bin Muhammad bin Husain bin Umar. Hal 95-96.